Selasa, 19 April 2011

JANGAN PENJARAKAN JIWAMU!!.

 Penjara yang hakiki bukanlah jeruji besi yang membatasi gerak langkah. Penjara yang hakiki adalah kungkungan nafsu yang membuat nurani menjadi membeku. Betapa banyak orang yang gerak langkahnya tidak terbatas oleh ruang yang sempit tetapi batinnya terpenjara oleh nafsu yang telah ia jadikan sebagai tuhan.

Keti k a  nafsu  amarah     ( n a fs u
yang mengajak pada keburukan) selalu
memenangkan pertempuran dalam
melawan nafsu muthmainnah (nafsu yang
mengajak pada kebaikan ) ; ketika akal
tak lagi dimanfaatkan untuk mengontrol
nafsu; ketika nafsu lawwamah (nafsu yang
mengingatkan ) telah semakin lemah
tak berdaya; ketika fisik yang sempurna
digunakan untuk mengelabui sesama, ketika
itulah sifat hanif (sifat dasar manusia yang
cenderung pada kebaikan) telah dipasung
oleh nafsu amarah yang telah menjadi
raja di dalam diri. Itulah Terali Jiwa yang
kelak akan menjerumuskan manusia pada
kesesatan. Bila hal ini terjadi, ruang gerak



Ruang yang sempit  dapat membatasi gerak langkah, tapi
tak bisa mengurung jiwa dan pemikiran. (Gani Yordani
--editor)



yang luas hanya akan menambah banyak
keburukan dalam hidup. Sangat mungkin
dari luar seseorang terlihat sangat bahagia
dengan gelimang harta, namun sebenarnya
sang jiwa tidak tumbuh dengan subur dan
baik. Kebebasannya untuk melakukan apa
pun dengan tanpa batas pada hakikatnya
merupakan terali bagi jiwanya, sehingga sang
jiwa menjadi kerdil, terkungkung nafsu yang
telah memenjarakannya. Na’udzubillaahi
min dzalik. Kita berlindung kepada Allah dari
keadaan jiwa yang demikian.

J e r u j i  b e s i  m e m a n g  d a p a t
membatasi gerak langkah, namun ia tak
dapat memasung jiwa yang merindukan
kebenaran dan kebahagiaan hakiki. Mereka
yang selalu berupaya untuk menghiasi
jiwanya dengan kebaikan, itulah golongan
orang-orang yang beruntung. Allah telah
menunjukkan jalan kefasikan dan ketakwaan
kepada sang jiwa. Tak ada batasan ruang
bagi jiwa untuk menempuh kedua jalan
tersebut. Semuanya diserahkan pada kita,
apakah akan menempuh jalan kefasikan
atau ketakwaan.
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang

Kemarin aku bersalah, hari ini aku belajar, esok hari aku turut membangun. Bahagia dunia dan akhirat akan kugapai. (K.H. Iyep N. Tho’at -- Cimahi)


mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. Asy-Syams 91: 8-10)

Marilah kita berupaya melepaskan
jiwa dari terali yang memenjarakannya
berupa nafsu amarah yang menimbulkan
keburukan dan kerusakan. Mari kita sucikan
jiwa dengan terus memperbaiki diri ke arah
yang lebih baik, sehingga kelak kita dapat
menghadap -Nya dengan berbekal jiwa
yang tenang serta dinaungi oleh rahmat
dan cinta-Nya. Kembali ke haribaan-Nya
bersama golongan orang -orang yang
beroleh ampunan-Nya, memasuki pintu-
pintu surga yang dipenuhi kenikmatan dan
kebahagiaan.

“Seandainya seseorang mempunyai satu lembah emas, niscaya ia ingin mempunyai lembah yang kedua, dan ia tidak akan pernah merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya. Dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Kita bisa cemas karena apa yang orang pikirkan tentang kita daripada yang Allah pikirkan tentang kita. Padahal Allah ber rman, “Jika kamu malu terhadap-Ku, Aku akan malu terhadapmu.” (H. Harry Suherman - Psikolog) .

Kutipan Dari buku TeraliJiwa Bagian 9 
tulisan : 
H. Ahmad Heryawan, Lc
dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K).,M.M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar